الحمد لله الذي جاعلنا في الارض خليفة فعلينا ان نعمر بالمعروفة وننهى عن المعصية. اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمد عبده ورسوله لا نبي بعده. ام بعد
Diawali ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah menjadikan kita sebagai khaira ummah, serta dengan tidak melupakan shalawat beriring salam kepada Rasul junjungan ummah, yakni Muhammad shalallahu ‘alaihi wa mauwalah, maka dalam kesempatan yang amat mulia ini, perkenankanlah kami mengetengahkan serangkaian pesan agama yang terangkum dalam bingkai “MEWUJUDKAN KEJAYAAN UMMAT DENGAN IMAN, ILMU DAN PERSATUAN”
QARI/AH :
وعد الله الذين امنوا منكم وعملوا الصلحت ليستخلفنهم في الارض كما استخلف الذين من قبلهم.
PENTEJEMAH :Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu yang mengerjakan amal-amal shaleh, bnahwa Dia Sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa sebagaimana Dia telah menjadiakn orang sebelum mereka berkuasa. (QS., Al-Nur : 55)
PENSYARAH:
Hadirin Sidang Musabaqah Yang dirahmati Allah.
Kita memang bisa berbesar hati dan kita juga boleh berbangga dengan gelar Khaira Ummah yang pernah diraih oleh para pendahulu kita. Namun ketahuilah bahwa Islam yang kita bangga-banggakan itu, kini tercabik-cabik bagai daging penuh sayatan diperebutkan serigala-serigala Yahudi. Lihatlah Afganistan, Falestina, bahkan Iraq kini menjerit, merintih dalam siksaan dan pembantaian keji para Thagut yang mengatas namakan anti terorisme. Ketika orang yang mereka cari belum ditemukan, masjid-masjid dan perumahan penduduk luluh-lantak dihantam badai mortir dan senjata-sentaja berat mereka. Lalu, meski tokoh yang mereka cari telah berhasil ditangkap, penyiksaan demi penyiksaan, perkosaan dan penghancuran peradaban terus berlanjut sampai detik ini.
Di sisi lain, walaupun masih ada negeri kaum muslimin yang tidak terlibat peperangan secara fisik, tanpa disadari, sebenarnya juga telah dijajah dan dikuras habis melalui ekspansi ekonomi, pendidikan dan sosial budaya. Sebut saja umpamanya di Nusantara yang kita cintai ini. Praktek transaksi ribawy dan pola bisnis yang bercorak ekonomi kapital, budaya fre sex dan pergaulan bebas, serta ancaman miras dan narkoba menjadi lambang keterpurukan dan ketidak berdayaan kita kaum muslim dewasa ini. Mengapa semua itu terjadi ? Apakah firman itu sudah tidak berlaku lagi, atau haruskah kita menuduh Allah memungkiri janji ?
Na’uzubillah Tsumma Na’uzubiilah…
Jawabannya tentu saja “tidak” saudara-saudara!
Firman Allah manapun dan dalam surah apapun tidak akan pernah kadaluarsa, dan Allah SWT sama sekali tidak pernah mengingkari janji-Nya. Justru kitalah sebenarnya yang telah mencampakkan gelar tersebut dari pundak kita, kiota meremehkan dan melecehkannya seolah-oleh tidak mau menerimanya. Lebih jelasnya, mari kita simak kembali surat Ali Imran 110 tersebut :
PENSYARAH:
Hadirin Sidang Musabaqah Yang dirahmati Allah.
Kita memang bisa berbesar hati dan kita juga boleh berbangga dengan gelar Khaira Ummah yang pernah diraih oleh para pendahulu kita. Namun ketahuilah bahwa Islam yang kita bangga-banggakan itu, kini tercabik-cabik bagai daging penuh sayatan diperebutkan serigala-serigala Yahudi. Lihatlah Afganistan, Falestina, bahkan Iraq kini menjerit, merintih dalam siksaan dan pembantaian keji para Thagut yang mengatas namakan anti terorisme. Ketika orang yang mereka cari belum ditemukan, masjid-masjid dan perumahan penduduk luluh-lantak dihantam badai mortir dan senjata-sentaja berat mereka. Lalu, meski tokoh yang mereka cari telah berhasil ditangkap, penyiksaan demi penyiksaan, perkosaan dan penghancuran peradaban terus berlanjut sampai detik ini.
Di sisi lain, walaupun masih ada negeri kaum muslimin yang tidak terlibat peperangan secara fisik, tanpa disadari, sebenarnya juga telah dijajah dan dikuras habis melalui ekspansi ekonomi, pendidikan dan sosial budaya. Sebut saja umpamanya di Nusantara yang kita cintai ini. Praktek transaksi ribawy dan pola bisnis yang bercorak ekonomi kapital, budaya fre sex dan pergaulan bebas, serta ancaman miras dan narkoba menjadi lambang keterpurukan dan ketidak berdayaan kita kaum muslim dewasa ini. Mengapa semua itu terjadi ? Apakah firman itu sudah tidak berlaku lagi, atau haruskah kita menuduh Allah memungkiri janji ?
Na’uzubillah Tsumma Na’uzubiilah…
Jawabannya tentu saja “tidak” saudara-saudara!
Firman Allah manapun dan dalam surah apapun tidak akan pernah kadaluarsa, dan Allah SWT sama sekali tidak pernah mengingkari janji-Nya. Justru kitalah sebenarnya yang telah mencampakkan gelar tersebut dari pundak kita, kiota meremehkan dan melecehkannya seolah-oleh tidak mau menerimanya. Lebih jelasnya, mari kita simak kembali surat Ali Imran 110 tersebut :
كنتم خير امة اخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتومنون بالله (ال عمران : 110)
PENTERJEMAH :
Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah (QS. Ali Imran : 110)
PENSYARAH :
Ya! Amar Ma’ruf Nahy Mungkar itulah kuncinya. Ia menjadi syarat mutlaq untuk memperoleh gelar khaira ummah. Artinya, untuk mengembalikan kepemimpinan duni ke tangan kita, kita harus mampu menegakkan kebenaran, menyeru kepada yang ma’ruf, membasmi yang mungkar. Jika tidak, sebutan khaira ummah hanyalah ibarat anugerah satya lencana di tangan para koruptor, atau gelar pemuda teladan bagi Preman Brandalan. Mana munghkin kita akan menjadi ummat terbaik jika diri kita sendiri tidak baik, mustahil kita menjadi ummat pilihan bila hawa nafsu jadi panutan.
Barangkali inilah yang mulai luput dari diri kita.
Pergeseran nilai yang mengarah pada sikap hidup individualistik telah menyebabkan kita kehilangan kepedulian terhadap sesama, khususnya menyangkut maksiyat yang ada di depan mata. Jika ada yang terlibat judi,narkoba dan prostituasi misalnya, banyak yang bilang “asalkan jangan sanak famili kita ya sudahlah”. Kalau kebetulan yang bersangkutan masih ada hubungan famili dengannya, ia katakan itu hanya kerabat jauh. Kalau ternyata keluarga dekatnya, ia katakan “asal jangan anak sendiri biarlah, kan masih ada Ayah dan Pamannya yang bertanggung jawab”, dll. Mestikah kita menunggu penyakit itu sampai pada giliran kita ?
Ingat saudara-saudara. Sikap yang demikian itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Hilangnya kepekaan sosial yang berakibat pada munculnya toleransi terhadap kemungkaran, lambat laun pasti akan membias juga paa kehidupan pribadi kita masing-masing. Allah SWT berfirman :
Kamu adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah (QS. Ali Imran : 110)
PENSYARAH :
Ya! Amar Ma’ruf Nahy Mungkar itulah kuncinya. Ia menjadi syarat mutlaq untuk memperoleh gelar khaira ummah. Artinya, untuk mengembalikan kepemimpinan duni ke tangan kita, kita harus mampu menegakkan kebenaran, menyeru kepada yang ma’ruf, membasmi yang mungkar. Jika tidak, sebutan khaira ummah hanyalah ibarat anugerah satya lencana di tangan para koruptor, atau gelar pemuda teladan bagi Preman Brandalan. Mana munghkin kita akan menjadi ummat terbaik jika diri kita sendiri tidak baik, mustahil kita menjadi ummat pilihan bila hawa nafsu jadi panutan.
Barangkali inilah yang mulai luput dari diri kita.
Pergeseran nilai yang mengarah pada sikap hidup individualistik telah menyebabkan kita kehilangan kepedulian terhadap sesama, khususnya menyangkut maksiyat yang ada di depan mata. Jika ada yang terlibat judi,narkoba dan prostituasi misalnya, banyak yang bilang “asalkan jangan sanak famili kita ya sudahlah”. Kalau kebetulan yang bersangkutan masih ada hubungan famili dengannya, ia katakan itu hanya kerabat jauh. Kalau ternyata keluarga dekatnya, ia katakan “asal jangan anak sendiri biarlah, kan masih ada Ayah dan Pamannya yang bertanggung jawab”, dll. Mestikah kita menunggu penyakit itu sampai pada giliran kita ?
Ingat saudara-saudara. Sikap yang demikian itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Hilangnya kepekaan sosial yang berakibat pada munculnya toleransi terhadap kemungkaran, lambat laun pasti akan membias juga paa kehidupan pribadi kita masing-masing. Allah SWT berfirman :
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة, واعلموا ان الله شديد العقاب
PENTERJEMAH :Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. 8/Al-Anfal : 25)
PENSYARAH :
Inilah yang kita takutkan dan ini pula yang tengah kita saksikan. Betapa amukan bencana, musibah dan wabah penyakit yang melanda negeri ini, menggilas siapa saja dihadapannya tanpa pandang pangkat dan kedudukan, umur dan status sosial, ketakwaan maupun pendidikan. Bukankah ribuan bayi dan anak-anak tak bedosa turut bergelimpangan akibat hantaman badai Tsunami di Aceh ? mereka belum tahu apa-apa, namun mereka telah ikut menangung akibat kemungkaran yang dilakukan orang dewasa.
Hadirin Hamba Allah yang mulia.
Kita yakin bahwa di antara kita, masih banyak orang yang baik. Dalam konteks terjadinya musibah dan bencana, pada zhahirnya mereka memang tidak bersalah. Namun secara tidak langsung mereka tetap punya andil. Setidaknya, karena banyak diantara mereka juga di antara kita yang tidak lagi mau menegakkan amar ma’ruf mencegah kemungkaran. Padahal Rasulullah SAW telah melukiskan sebuah gambaran yang lugas tentang hubungan antara para pembuat maksiyat dengan penegak kebanaran :
PENSYARAH :
Inilah yang kita takutkan dan ini pula yang tengah kita saksikan. Betapa amukan bencana, musibah dan wabah penyakit yang melanda negeri ini, menggilas siapa saja dihadapannya tanpa pandang pangkat dan kedudukan, umur dan status sosial, ketakwaan maupun pendidikan. Bukankah ribuan bayi dan anak-anak tak bedosa turut bergelimpangan akibat hantaman badai Tsunami di Aceh ? mereka belum tahu apa-apa, namun mereka telah ikut menangung akibat kemungkaran yang dilakukan orang dewasa.
Hadirin Hamba Allah yang mulia.
Kita yakin bahwa di antara kita, masih banyak orang yang baik. Dalam konteks terjadinya musibah dan bencana, pada zhahirnya mereka memang tidak bersalah. Namun secara tidak langsung mereka tetap punya andil. Setidaknya, karena banyak diantara mereka juga di antara kita yang tidak lagi mau menegakkan amar ma’ruf mencegah kemungkaran. Padahal Rasulullah SAW telah melukiskan sebuah gambaran yang lugas tentang hubungan antara para pembuat maksiyat dengan penegak kebanaran :
مثل القائم في حدود الله والواقع فيها كمثل
Perumpamaan orang yang melaksanakan peraturan Allah dengan orang yang melanggarnya laksana sekelompok orang yang naik perahu melalui suatu undian, sehingga ada yang berada di geladak atas dan ada yang dibawah. Bagi mereka yang berada di bawah, jika ingin mengambil air tentu mereka harus melalui orang-orang yang di atasnya. Lalu di antara mereka ada yang berkata “kalau dinding di bawah ini kita lobangi, pasti kita tidak perlu lagi mengganggu orang yang di atas”. Jika orang diatas yang mendengar ucapan itu membiarkan hal itu terjadi, niscaya semua mereka akan hancur tenggelam. Sebaliknya jika mereka berusaha mencegah dan menyelamatkannya, mungkin mereka semua akan selamat. (HR.Bukhari)
0 komentar:
Posting Komentar